SULAWESI SELATAN
A. TEMPAT-TEMPAT BERSEJARAH SULAWESI SELATAN
Al-Markas Al-Islami didirikan pada tanggal 8 Mei 1984 atas prakarsa
Jendral M Yusuf sebagai pusat pengembangan agama Islam . Tempat ini
didesain sedemikian rupa sehingga dapat mencerminkan pengintegrasian
nilai-nilai Islam diwarnai dengan kebudayaan lokal dan modern. Terletak
di Jalan Mesjid Raya, sekitar 2 Km dari pusat kota Makasar, dengan luas
sekitar 10 Hektar. Di tempat ini terdapat fasilitas ruang shallat,
sekolah, perpustakaan, ruang serba guna, wartel dan tempat parkir.
Monumen Mandala.
Monumen ini dibangun untuk memperingati dan menjadikan pedoman
nilai-nilai kepahlawanan bangsa Indonesia dalam usaha membebaskan Irian
Barat dari tangan kolonial pada tahun 1963. Terletak di tengah kota
Makasar tepatnya di Jalan Jendral Sudirman. Monumen ini dilengkapi
dengan gedung serbaguna, panggung pertunjukan sebagai pusat hiburan
kebudayaan Indonesia bagian timur, tempat parkir juga di sekitarnya
terdapat hotel berbintang dan fasilitas penunjang wisata lainya.
Kuburan Tua Raja-Raja Tallo.
Makam ini dibangun sejak abad ke 18 dengan konstruksi bangunan yang
mirip sebuah Candi. Pada bagian dinding makam dihiasi beberapa
ayat-ayat Al-Quran dengan tulisan kaligrafi yang indah. Terletak di Jl.
Sultan Abdullah kecamatan Tallo, sekitar 7 Km arah utara pusat kota
Makassar.
Makam Pangeran Diponegoro.
Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari sultan Hamengku Buwono
III Yogyakarta, yang lahir pada tanggal 1 Nopember 1785. Beliau aktif
berjuang melawan penjajah di pulau Jawa tahun 1825-1830. Perang bermula
dari penolakanya terhadap kebijaksanaan kolonial Belanda yang mengikat
pajak dan pola aturan kepemilikan tanah yang tidak adil. Pada tahun 1845
beliau ditangkap dan dipenjarakan di benteng Rotterdam Makassar,
kemudian diasingkan ke Manado, setelah beberapa saat di Manado beliau
dikembalikan lagi ke Makassar dan wafat tanggal 8 Januari 1855 di
Makassar. Terletak di Jl. Diponegoro No.55 kelurahan Melayu Kec. Wajo.
Dapat dijangkau dengan berbagai macam kendaraan, dekat dengan pusat
perbelanjaan.
Pelabuhan Paotere.
Poetere (pelabuhan tradisional) merupakan tempat persinggahan kapal
layar masyarakat Sulawesi yang datang dari berbagai wilayah di
Indonesia. Terdapat berbagai macam kapal layar dalam gaya dan bentuknya.
Terletak di utara kota Makasar, tersedia tempat parkir, rumah makan
tradisional.
Benteng Somba Opu.
Benteng Somba Ompu dibangun oleh Raja Gowa ke IX Daeng Matanre
Tumaparisi Kallona pada abad ke XVI (1550 – 1650) yang merupakan pusat
kerajaan gowa dan salah satu kota Bandar terbesar di asia tenggara pada
masanya. Benteng Somba Opu merupakan peninggalan sejarah dari kerajaan
perkasa masa lalu di Sulawesi Selatan, sekarang kawasan ini dijadikan
pusat budaya miniatur Sulawesi Selatan dan telah dibangun berbagai rumah
adat tradisional dari semua suku / etnis yang ada di Sulawesi Selatan
dimana setiap rumah dapat menggambarkan budaya masing-masing. Terletak
di sebelah selatan kota Makassar, sekitar 7 Km dari pusat kota Makassar
Makam Syech Yusuf.
Syech Yusuf adalah salah seorang pejuang Muslim yang terkenal
khususnya di Sulawesi. Beliau dikenal oleh masyarakat Sulawesi Selatan
sebagai Tuanta Salmaka, makamnya dikenal dengan nama Kobbang, beliau
dikenal sebagai ulama dan pejuang yang aktif menyiarkan ajaran agam
Islam dibeberapa negara. Anehnya makam beliau ditemukan di Afrika
selatan, Srilanka, Banten dan Gowa. Makam beliau hampir setiap hari
dikunjungi masyarakat untuk berziarah. Terletak di Jl. Syech Yusuf,
perbatasan kota Makassar dan kabupaten Gowa.
Museum Balla Lompoa.
Merupakan salah satu bentuk istana rekonstruksi kerajaan Gowa,
dalam susunan kayu yang dibangun tahun 1936 dan telah direstorasi pada
tahun 1978-1980. Museum ini memiliki ruang utama yang berisi benda
pusaka kerajaan Gowa seperti : manuskrip, instrumen musik, pakaian adat,
keris, pedang, mahkota emas dan berbagai koleksi alat-alat upacara adat
kerajaan. Terletak di Jl. KH Hasyim di pusat kab. Gowa. Terdapat area
parkir, rumah adat tamalate, cukup mudah dijangkau dan terdapat pusat
perbelanjaan.
Mesjid Tua Katangka
Dibangun pada tahun 1603 yaitu pada masa pemerintahan raja Gowa ke
XIV Sultan Alauddin dan dipugar pada tahun 1978 juga merupakan mesjid
tertua di Kab. Gowa dan Prop. Sulsel. Di sekitar mesjid terdapat juga
makam raja-raja yang sempat berkuasa di beberapa daerah seperti Luwu,
Bone dan Kab. Gowa. Terletak di Jl. Syech Yusuf desa Ketangka, Kec.
Somba Opu. Tempat ini juga relatif mudah dijangkau dengan berbagai jenis
kendaraan.
Perkebunan Buah Markisa.
Buah markisa yang dihasilkan diolah menjadi minuman segar yang
bermutu tinggi dan mempunyai rasa khas yang berbeda dengan markisa dari
daerah lain. Perkebunan markisa memiliki pemandangan yang indah serta
udara yang sejuk, pengunjung dapat mencicipi buah markisa sebelum
diolah. Terletak di desa Kanre Apia, sekitar 9 Km dari kota Malino. Di
lokasi ini juga terdapat tempat peristirahatan / Villa.
Desa Kanre Apia
Tempat istirahat dan rekreasi yang bersuhu cukup dingin sebab
berada di ketinggian, selain sejuk udaranya tempat ini juga banyak
menghasilkan buah dan sayur-sayuran yang tumbuh di sekitar lereng kota
Malino, salah satu gunung yang dapat menjadi objek wisata adalah gunung
Bawakaraeng yang dianggap suci bagi sebagian orang. Hutan wisata ini
merupakan salah satu objek untuk bersantai dan menghirup udara segar di
bawah kerindangan pohon pinus dan panorama alam, tempat ini juga sering
dijadikan area perkemahan oleh wisatawan remaja. Terletak sekitar 75 Km
dari kota Sungguminasa, tempat ini telah dilengkapi dengan sarana
permainan dan tempat parkir yang memadai.
Taman Wisata Malino
Jalan menuju ke lokasi ini penuh kelokan dan mendaki, di sepanjang
jalan pengunjung dapat menyaksikan tanaman holtikultura, sayuran yang
ditanam di lereng – lereng bukit sehingga menyuguhkan pemandangan yang
indah. Kawasan ini berada di ketinggian sehingga berudara sejuk.
Terletak di desa Bonto Marannu. Kecamatan Uluera sekitar 24 Km dari kota
Bantaeng.
B. MAKAN KHAS SULAWESI SELATAN
2. Coto Makassar
Coto Makassar atau Coto Mangkasara adalah makanan tradisional Makassar, Sulawesi Selatan. Makanan ini terbuat dari jeroan (isi perut) sapi yang direbus dalam waktu yang lama. Rebusan jeroan bercampur daging sapi ini kemudian diiris-iris lalu dibumbui dengan bumbu yang diracik secara khusus. Coto dihidangkan dalam mangkuk dan dimakan dengan ketupat dan “burasa”. Saat ini Coto Mangkasara sudah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, mulai di warung pinggir jalan hingga restoran. Dan direncanakan mulai bulan November 2008 Coto Makassar akan menjadi salah satu menu pada penerbangan domestik Garuda Indonesia dari dan ke Makassar. Makanan ini mirip dengan sop sodara.
3. Sop Konro
Sup Konro adalah masakan sup iga sapi khas Indonesia yang berasal dari tradisi Bugis dan Makassar. Sup ini biasanya dibuat dengan bahan iga sapi atau daging sapi. Masakan berkuah warna coklat kehitaman ini biasa dimakan dengan ketupat kecil yang dipotong-potong terlebih dahulu. Warna gelap ini berasal dari buah kluwek yang memang berwarna hitam. Bumbunya relatif “kuat” akibat digunakannya ketumbar.
Konro aslinya dimasak berkuah dalam bentuk sup yang kaya rempah, akan tetapi kini terdapat variasi kering yang disebut “Konro bakar” yaitu iga sapi bakar dengan bumbu khas konro.
5. Buras/Burasa’
Buras/Burasa’ adalah masakan khas Sulawesi Selatan. Buras mirip
dengan lontong, terbuat dari beras hanya saja bentuknya agak berbeda.
Buras lebih halus dengan balutan daun pisang muda, disajikan dengan
taburan bumbu kelapa kering, gula, garam dan cabai. kebanyakan buras
banyak di jual di pasaran. Namun, Umumnya Makanan ini disajikan pada
saat-saat tertentu seperti Acara Syukuran, Pernikahan Dan Pada suasana
Lebaran.
6. Mie Titi
Mie Titi ini adalah sejenis mie kering yang disajikan dengan kuah
kental dan irisan ayam, udang, jamur, hati dan cumi. Mirip ifumie, hanya
mienya sangat tipis. Tadinya nama mie titi ini adalah nama jenis
makanan, namun ternyata kata titi berasal dari nama panggilan
pemiliknya. Mie Kering di Makassar mulai popular sejak tahun 70-an.
Diawali oleh seorang keturunan Tionghoa bernama Ang Kho Tjao, yang
kemudian menurunkan pengetahuan memasak mie kering kepada tiga orang
anaknya yaitu Hengky, Awa dan Titi. Setelah Ang Kho Tjao meninggal
dunia, usaha kedai mie kering dilanjutkan oleh ketiga anaknya yang
masing-masing membuka kedai sendiri. Yang cukup popular di Makassar
adalah kedai milik Titi, sehingga nama mie kering ini selalu diidentikan
menjadi “Mie Titi“.
7. Pisang Epe
Pisang Epe adalah pisang mentah yang dibakar, kemudian dibuat pipih,
dan dicampur dengan air gula merah. Paling enak dimakan saat masih
hangat. Makanan Ini banyak di temui di sekitar Pantai Losari Makassar.
C. CIRI KHAS BUDAYA SULAWESI SELATAN
Suku/etnis yang berada dan mendiami daerah Sulawesi Selatan ini sebenarnya tergolong banyak, namun jika dilihat dari segi mayoritas penduduk hanya terdapat 3 kelompok etnis besar yang berada di daerah Sulawesi Selatan. Diantaranya Makasar, Bugis, dan Toraja.
Begitu pula dalam pemakaian bahasa sehari-hari, memang ke-3 kelompok entis inilah yang terlihat lebih dominan di antara banyaknya bahasa yang digunakan etnis minoritas yang ada di Sulawesi Selatan.
=> Kedua: Kebudayaan
Mungkin untuk kebudayaan Adat Tana Toraja yang masih menjadi unggulan dari daerah Sulawesi Selatan. dimana ciri khas adat Tana Toraja yang sangat menarik dan juga unit ditambah lagi banyaknya publikasi dari beberapa stasiun televisi lokal dan swasta, dan juga program pariwisata daerah, sehingga membuat adat Tana Toraja lebih dikenal oleh masyarakat dari dalam dan luar negeri. Jadi tidak salah jika adat Tana Toraja menjadi budaya unggulan yang ada di Sulawesi Selatan.
=> Ketiga: Lagu daerah
Lagu daerah propinsi Sulawesi Selatan yang sangat populer dan sering dinyanyikan di antaranya adalah lagu yang berasal dari Makasar yaitu lagu Ma Rencong-rencong, lagu Pakarena serta lagu Anging Mamiri. Sedangkan lagu yang berasal dari etnis Bugis adalah lagu Indo Logo, serta lagu Bulu Alaina Tempe. Sedangkan lagu yang berasal dari Tana Toraja adalah lagu Tondo.
=> Keempat: Rumah tradisional atau rumah adat
Rumah tradisional atau rumah adat di propinsi Sulawesi Selatan yang berasal dari Bugis, Makassar dan Tana toraja dari segi arsitektur tradisional ke tiga daerah tersebut hampir sama bentuknya. Rumah-rumah adat tersebut dibangun di atas tiang-tiang sehingga rumah adat yang ada di sana mempunyai kolong di bawah rumahnya.
Tinggi kolong rumah adat tersebut disesuaikan untuk tiap tingkatannya dengan status sosial pemilik rumah, misalnya apakah seorang raja, bangsawan, orang berpangkat atau hanya rakyat biasa. Hampir semua masyarakat Sulsel percaya kalau selama ini penghuni pertama zaman prasejarah di Sulawesi Selatan adalah orang “Toale”. Hal ini di dasarkan pada temuan Fritz dan Paul Sarasin tentang orang Toale (orang-orang yang tinggal di hutan/penghuni hutan).
Selain keempat ciri khas ikon daerah Sulawesi Selatan masih ada lagi ikon – ikon lain yang sangat menarik bagi pengamat budaya dunia untuk daerah Sulawesi Selatan. Salah satunya adalah upacara adat yang terkenal yang terdapat di Sulawesi Selatan tepatnya di Tanah Toraja (Tator). Upacara adat tradisional tersebut bernama upacara Rambu Solo (merupakan upacara duka cita/kematian).
Upacara Rambu Solo merupakan upacara besar sebagai ungkapan rasa duka cita yang sangat mendalam, juga menjadi adat, seni budaya Sulawesi Selatan.
Demikian tersebut adalah gambaran kecil tentang kekayaan seni budaya Indonesia yang ada di Sulawesi Selatan, selain alat musik tradisional dari daerah Sulawesi Selatansendiri yang pernah Awanzo Blogs muat waktu lalu.
Untuk lebih jelasnya anda yang berdomisili di daerah lain selain Sulawesi Selatan bisa langsung berkunjung ke Sulawesi Selatan, dan rasakan keramah – tamahan penduduk pribumi Sulawesi Selatan tersebut. Toh walaupun anda pengunjung manca daerah, tapi rasa memiliki akan kekayaan seni budaya Sulawesi Selatan juga tidak ada larangankan. Karena apapun dan bagaimana pun seni budaya Sulawesi Selatan merupakan kekayaan seni budaya Indonesia juga, yang wajib untuk kita jaga dan lestarikan keberadaannya. Kalau wisatawan mancanegara saja bisa suka dan bangga, kenapa kita masyarakat pribumi tidak.
Jangan sampai kita baru bangun rasa peduli terhadap seni kebudayaan bumi pertiwi ini disaat bangsa lain telah mulai mengusik seni budaya Indonesia itu sendiri.
SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar